Top Social Icons

Thursday 26 January 2017

Bang Safrudin : Kode Etik Pecinta Alam Bukan Hanya Sekedar Lips Sevice



"Kode Etik Pecinta Alam harus benar-benar dimaknai dan diterapkan dalam kehidupan para Pecinta Alam, bukan hanya sekedar hiasan dinding sekretariat ." (safrudin)


Belakangan ini banyak kalangan menganggap sebelah mata keberadaan organisasi Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala), bahkan tidak sedikit yang mengatakan kegiatan Mapala sebagai penghambat proses kegiatan akademik mahasiswa tersebut.

Mahasiswa Pecinta Alam masih diidentikkan dengan lamanya masa kuliah, perilakunya urak-urakan  tidak jelas, punya kebiasaan ngefly (mabok) minuman keras dan narkoba, masa depan tidak jelas, aktivitasnya tidak memiliki makna dan sia-sia serta beresiko tinggi, hilang tersesat, cedera dan bahkan meninggal dunia saat beraktivitas di alam bebas.

Berbagai tulisan dan pendapat miring tentang Mahasiswa Pecinta Alam sudah dengan mudah kita temukan diberbagai media baik media cetak, tv, radio maupun media online. Bahkan anggapan itu dahulu pernah penulis terima di rumah, dimana kedua orang tua penulis sangat tidak setuju ketika penulis meminta ijin untuk bergabung dengan organisasi pecinta alam di kampus, bersyukur penulis bisa meyakinkan orang tua dirumah. Melihat dan mendengar fenomena tersebut penulis mencoba menyajikan tulisan hasil obrolan dan tanya-jawab dengan beberapa orang senior anggota Comodo Mapala untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang berbeda dari para penggiat pecinta alam.

Kali ini, penulis berkesempatan ngobrol dengan Bang Safrudin yang kebetulan sore itu mampir ke sekretariat Comodo Mapala. Berikut salah satu kutipan tanya jawab tersebut :

Salam Lestari!!! apa kabar Bang? Bang, bisa ceritakan pengalaman awal mula abang masuk Comodo Mapala dan apa motivasinya?

Lestari, Alhamdulillah kabar baik dan sehat, anak saya dan kakak kamu dirumah juga baik dan sehat. Mulai cerita dari mana ya enaknya? Kalau awal masuk Comodo, tahun 2001 saat saya baru masuk Universitas Palangka Raya, ditahun itu juga saya mendaftar untuk bergabung dengan Comodo Mapala saat ada pembukaan penerimaan anggota baru lewat DIKLATSAR XXI waktu itu. Soal motivasi, susah untuk saya menjabarkannya, yang jelas saya dari kecil memang suka berpetualang dan saat SMP saya sering naik gunung dan beraktivitas di alam bebas dengan Azizul Reza waktu masih tinggal di Lampung. Reza ini satu tahun lebih dulu kuliah di Universitas Palangka Raya dan duluan gabung dengan Comodo Mapala, awalnya dulu saya sempat menolak ajakan Reza ikut organisasi Comodo Mapala karena saya waktu itu berfikir jika bergabung dengan organisasi, nantinya akan terikat dan tidak bebas mengekspresikan hobby petualangan saya serta saat itu saya merasa sudah menjadi pecinta alam sejati karena hobby saya yang menikmati keindahan dan berpetualang di alam bebas. Namun pendapat saya tersebut berubah ketika dua orang teman saya, mahasiswa senior di kampus yang sering kumpul dan berdiskusi dikontrakkan kami (waktu itu saya nebeng tinggal di rumah kontrakan Komite Independen Pemantau Pemilu/ KIPP]. Belakangan baru saya tau kalau 2 senior saya itu juga anggota Comodo Mapala, mereka mengatakan kalau saya bukanlah pecinta alam sejati, melainkan hanya penikmat alam atau petualang saja. 2 senior tersebut adalah Bang Taufik Unan Djimat dan Bang Syahrawardi yang telah mematik keinginan saya untuk lebih mendalami tentang arti pecinta alam dan mendorong saya untuk bergabung di organisasi Comodo Mapala. Jadi motivasi saya masuk Comodo Mapala adalah untuk menjadi pecinta alam sejati, bukan hanya menjadi penikmat alam apalagi cuma sekedar menjadi seorang petualang.

Apakah setelah bergabung dengan Comodo Mapala, abang sudah menjadi Pecinta Alam Sejati?

Belum!!! Saya balik bertanya apakah kamu setelah bergabung dengan Comodo Mapala juga sudah menjadi pecinta alam sejati? Apakah 3 orang senior yang mendorong saya beraktivitas di dunia kepecinta-alaman itu juga sudah menjadi pecinta alam sejati? Belum tentu toh!? Hanya Tuhan YME, kamu dan mereka yang mengetahui kesejatian cinta alam didalam diri kita masing-masing.
Begini, kita di organisasi ini memang oleh para senior kita diajarkan dan diberikan pengetahuan tentang kepecinta-alaman, kita diajarkan apa itu hakekat pecinta alam, bagaimana hubungan kita dengan Tuhan YME, hubungan kita dengan alam dan hubungan kita sesama manusia. Begini aja deh, agak panjang memang, tapi ini penting. Kita semua pasti tahu bahwa kita para pecinta alam punya Kode Etik Pecinta Alam isinya seperti ini ;

“Pecinta Alam Indonesia sadar bahwa alam beserta isinya adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa”,

“Pecinta Alam Indonesia adalah bagian dari masyarakat Indonesia yang sadar akan tanggung jawab kepada Tuhan, bangsa, dan tanah air”,

“Pecinta Alam Indonesia sadar bahwa pecinta alam adalah sebagian dari makhluk yang mencintai alam sebagai anugerah yang Tuhan Yang Maha Esa ”,

Sesuai dengan hakekat di atas, maka kami dengan penuh kesadaran menyatakan :
1.   Mengabdi kepada Tuhan YME.
2.   Memelihara alam beserta isinya serta menggunakan sumber daya alam sesuai dengan kebutuhannya.
3.   Mengabdi kepada Bangsa dan Tanah Air.
4.   Menghormati tata kehidupan yang berlaku pada masyarakat sekitar serta menghargai manusia dan kerabatnya.
5.   Berusaha mempererat tali persaudaraan antara pecinta alam sesuai dengan azas pecinta alam.
6.   Berusaha saling membantu serta menghargai dalam pelaksanaan pengabdian terhadap Tuhan, Bangsa dan Tanah air.
7.   Selesai.

Sayangnya kode etik yang saya nilai cukup mendasar bagi kita dalam kehidupan ini, saat ini oleh banyak organisasi pecinta alam, hanya dibacakan pada saat seremonial tertentu saja, hanya sekedar pemanis dibibir belaka bahkan hanya dijadikan pajangan penghias dinding di sekretariat. Belum benar-benar ditanamkan untuk diamalkan kepada masing-masing anggota. Para senior kita di Comodo Mapala sudah memberikan ini ke kita saat pertama kali kita ikut Pendidikan dan Latihan Dasar (DIKLATSAR). Memang ini semua kembali kepada masing-masing individu untuk memahami dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Makanya dulu sewaktu saya jadi salah satu pengurus sebagai Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya Anggota (Kabid PSDA) di pengurusan Comodo Mapala Fe Unpar waktu itu lebih mendorong adik-adik anggota baru untuk memahami dan menerapkan hakekat pecinta alam dalam berkehidupan di dalam sekretariat, kampus dan diluar kampus. Pada masa pengurusan itu juga, saya bersama senior, waktu itu ada Bang Monterado “Agung” Fredman (angkatan PJH 1992, Mantan Ketum) dan Dimas N. Hartono (angkatan Rimbun 2000, Mantan Sekum) kami merumuskan kurikulum Diklatsar Comodo Mapala yang baru dan lebih menterjemahkan hakekat pecinta alam itu sendiri. Dalam kurikulum itu tidak ada lagi yang namanya kekerasan fisik ala-ala militer gitu, tidak lagi main tendang dan pukul lagi, tapi lebih mengedepankan sikap yang terkandung didalam kode etik pecinta alam. Harapannya anggota Comodo Mapala terutama yang masih berstatus mahasiswa kedepannya mampu menjadi mahasiswa yang memiliki idealisme, menjadi mahasiswa yang lebih peka dan mampu memperjuangkan masalah-masalah yang ada disekitar mereka, sosial, lingkungan dan lain sebagainya yang saat ini kelihatannya sudah tidak begitu dipedulikan oleh mahasiswa, padahal sejatinya mahasiswa adalah pelopor perubahan.

Bang, apa tanggapan abang terkait banyaknya orang yang saat ini menganggap sebelah mata keberadaan organisasi mahasiswa pecinta alam?

Seperti yang sudah saya sampaikan tadi, saat ini hampir semua anggota dari organisasi pecinta alam dalam aktivitas kepecinta-alamannya tidak seutuhnya berpegang pada kode etik pecinta alam, masih setengah-setengah dan aktivitasnya hanya sebatas menikmati alam, hura-hura yang penting rame dan kelihatan keren. Kepedulian akan kondisi lingkungan alam dan sosial budaya disekitar jadi nomor sekian, prestasi individu dan organisasi lebih banyak ditonjolkan pada bidang olahraga petualangan dan kompetisi dll, tapi diam seribu bahasa ketika ada kebijakan pemerintah yang keliru dalam pengelolaan alam dan hutan, tidak peduli ketika gunung, hutan, sungai dan alam dirusak untuk kepentingan investasi dan sebagainya. Belum lagi jika kita melihat bagaimana organisasi-organisasi mapala yang masih menggunakan gaya dan metode lama (gaya ala militer/ senior paling benar dll) dalam perekrutan anggotanya. Jadi saya rasa cukup wajar jika masyarakat sekitar kita menilai negatif aktivitas pecinta alam saat ini. Pesan saya buat kalian yang sekarang masih aktif di mapala, menjadi mapala itu tidaklah mudah dan sesimple yang kalian bayangkan, aktivitas kepecintaalaman juga tidak sederhana seperti dalam film layar lebar. Maknai hakekat pecinta alam seperti yang tertuang dalam kode etik, terapkan dalam setiap aktivitas yang akan dilakukan, ingat selalu bahwa kita adalah mahluk yang diciptakan oleh Tuhan YME untuk menjaga alam beserta isinya.


Tidak terasa waktu sudah mendekati azan Magrib obrolan penulis dan Bang Safrudin pun disudahi karena sore itu Bang Safrudin datang bersama anak gadisnya yang masih kecil yang langsung berpamitan untuk pulang. Demikian catatan singkat yang berhasil penulis rangkum dari obrolan itu, semoga bisa bermanfaat.

Sekretariat Comodo Mapala, 9 Juni 2016
Herlianto
CMD.0206/UR.12

No comments:
Write comments