Pengenalan NAD dasar pada DIKLATSAR COMODO photo by : Safrudin |
Navigasi darat adalah ilmu
praktis. Kemampuan bernavigasi dapat terasah jika sering berlatih. Pemahaman
teori dan konsep hanyalah faktor yang membantu, dan tidak menjamin jika
mengetahui teorinya secara lengkap, maka kemampuan navigasinya menjadi tinggi.
Bahkan seorang jago navigasi yang tidak pernah berlatih dalam jangka
waktu lama,
dapat mengurangi kepekaannya dalam menerjemahkan tanda-tanda di peta ke medan sebenarnya, atau menerjemahkan tanda-tanda medan ke dalam peta. Untuk itu, latihan sesering mungkin akan membantu kita untuk dapat mengasah kepekaan, dan pada akhirnya navigasi darat yang telah kita pelajari menjadi bermanfaat untuk kita.
dapat mengurangi kepekaannya dalam menerjemahkan tanda-tanda di peta ke medan sebenarnya, atau menerjemahkan tanda-tanda medan ke dalam peta. Untuk itu, latihan sesering mungkin akan membantu kita untuk dapat mengasah kepekaan, dan pada akhirnya navigasi darat yang telah kita pelajari menjadi bermanfaat untuk kita.
Pada prinsipnya navigasi adalah
cara menentukan arah dan posisi, yaitu arah yang akan dituju dan posisi
keberadaan navigator berada dimedan sebenarnya yang di proyeksikan pada peta.
Beberapa media dasar navigasi
darat adalah :
Peta
Peta adalah penggambaran dua dimensi (pada
bidang datar) dari sebagian atau keseluruhan permukaan bumi yang dilihat dari
atas, kemudian diperbesar atau diperkecil dengan perbandingan tertentu. Dalam
navigasi darat digunakan peta topografi. Peta ini memetakan
tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut
menjadi bentuk garis kontur.
Beberapa unsur yang bisa
dilihat dalam peta :
Judul peta; biasanya terdapat di atas,
menunjukkan letak peta
Nomor peta; selain sebagai nomor registrasi
dari badan pembuat, kita bisa menggunakannya sebagai petunjuk jika kelak kita
akan mencari sebuah peta
Koordinat peta; penjelasannya dapat dilihat
dalam sub berikutnya
Kontur; adalah merupakan garis khayal
yang menghubungkan titik titik yang berketinggian sama diatas permukaan
laut.
Skala peta; adalah perbandingan antara
jarak peta dan jarak horizontal dilapangan. Ada dua macam skala yakni skala
angka (ditunjukkan dalam angka, misalkan 1:25.000, satu senti dipeta sama
dengan 25.000 cm atau 250 meter di keadaan yang sebenarnya), dan skala garis
(biasanya di peta skala garis berada dibawah skala angka).
Legenda peta ; adalah simbol-simbol yang
dipakai dalam peta tersebut, dibuat untuk memudahkan pembaca menganalisa
peta.
Di Indonesia, peta yang lazim
digunakan adalah peta keluaran Direktorat Geologi Bandung, lalu peta dari
Jawatan Topologi, yang sering disebut sebagai peta AMS (American Map Service)
dibuat oleh Amerika dan rata-rata dikeluarkan pada tahun 1960.
Peta AMS biasanya berskala 1:50.000
dengan interval kontur (jarak antar kontur) 25 m. Selain itu ada peta keluaran
Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional) yang lebih baru,
dengan skala 1:50.000 atau 1:25.000 (dengan interval kontur 12,5 m). Peta
keluaran Bakosurtanal biasanya berwarna.
Koordinat
Peta Topografi selalu dibagi
dalam kotak-kotak untuk membantu menentukan posisi dipeta dalam hitungan
koordinat. Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta. Secara teori,
koordinat merupakan titik pertemuan antara absis dan ordinat. Koordinat
ditentukan dengan menggunakan sistem sumbu, yakni perpotongan antara
garis-garis yang tegak lurus satu sama lain. Sistem koordinat yang resmi
dipakai ada dua macam yaitu :
1.
Koordinat Geografis (Geographical Coordinate) ; Sumbu yang digunakan adalah garis bujur
(bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus dengan garis khatulistiwa, dan
garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar dengan garis
khatulistiwa. Koordinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit
dan detik. Pada peta Bakosurtanal, biasanya menggunakan koordinat geografis
sebagai koordinat utama. Pada peta ini, satu kotak (atau sering disebut
satu karvak) lebarnya adalah 3.7 cm. Pada skala 1:25.000, satu
karvak sama dengan 30 detik (30"), dan pada peta skala 1:50.000, satu
karvak sama dengan 1 menit (60").
2.
Koordinat Grid (Grid Coordinate atau UTM) ; Dalam koordinat grid, kedudukan suatu
titik dinyatakan dalam ukuran jarak setiap titik acuan. Untuk wilayah
Indonesia, titik acuan berada disebelah barat Jakarta (60 LU, 980 BT).
Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan horizontal
dari barat ke timur. Sistem koordinat mengenal penomoran 4 angka, 6 angka dan 8
angka. Pada peta AMS, biasanya menggunakan koordinat grid. Satu karvak
sebanding dengan 2 cm. Karena itu untuk penentuan koordinat koordinat grid 4
angka, dapat langsung ditentukan. Penentuan koordinat grid 6 angka, satu karvak
dibagi terlebih dahulu menjadi 10 bagian (per 2 mm). Sedangkan penentuan koordinat
grid 8 angka dibagi menjadi sepuluh bagian (per 1 mm).
Analisa Peta
Salah satu faktor yang sangat
penting dalam navigasi darat adalah analisa peta. Dengan satu peta, kita
diharapkan dapat memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang keadaan medan
sebenarnya, meskipun kita belum pernah mendatangi daerah di peta tersebut.
1.
Unsur dasar peta ; Untuk dapat menggali informasi sebanyak-banyaknya, pertama
kali kita harus cek informasi dasar di peta tersebut, seperti judul peta, tahun
peta itu dibuat, legenda peta dan sebagainya. Disamping itu juga bisa dianalisa
ketinggian suatu titik (berdasarkan pemahaman tentang kontur), sehingga bisa
diperkirakan cuaca, dan vegetasinya.
2.
Mengenal tanda medan ; Disamping tanda pengenal yang terdapat dalam
legenda peta, kita dapat menganalisa peta topografi berdasarkan bentuk kontur.
Beberapa ciri kontur yang perlu dipahami sebelum menganalisa tanda medan
:
3.
Antara garis kontur satu dengan yang lainnya tidak pernah saling
berpotongan
4.
Garis yang berketinggian lebih rendah selalu mengelilingi garis yang
berketinggian lebih tinggi, kecuali diberi keterangan secara khusus, misalnya
kawah
5.
Beda ketinggian antar kontur adalah tetap meskipun kerapatan
berubah-ubah
6.
Daerah datar mempunyai kontur jarang-jarang sedangkan daerah terjal
mempunyai kontur rapat.
7.
Beberapa tanda medan yang dapat dikenal dalam peta topografi:
·
Puncak bukit atau gunung biasanya berbentuk lingkaran kecil, tertelak
ditengah-tengah lingkaran kontur lainnya.
·
Punggungan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk U yang ujungnya
melengkung menjauhi puncak
·
Lembahan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk V yang ujungnya
tajam menjorok kepuncak. Kontur lembahan biasanya rapat.
·
Saddle, daerah rendah dan sempit diantara dua ketinggian
·
Pass, merupakan celah memanjang yang membelah suatu ketinggian
·
Sungai, terlihat dipeta sebagai garis yang memotong rangkaian kontur,
biasanya ada di lembahan, dan namanya tertera mengikuti alur sungai. Dalam
membaca alur sungai ini harap diperhatikan lembahan curam, kelokan-kelokan dan
arah aliran.
·
Bila peta daerah pantai, muara sungai merupakan tanda medan yang
sangat jelas, begitu pula pulau-pulau kecil, tanjung dan teluk
·
Pengertian akan tanda medan ini mutlak diperlukan, sebagai asumsi awal
dalam menyusun perencanaan perjalanan.
Kompas
Kompas adalah alat penunjuk
arah, dan karena sifat magnetnya, jarumnya akan selalu menunjuk arah
utara-selatan (meskipun utara yang dimaksud disini bukan utara yang sebenarnya,
tapi utara magnetis). Secara fisik, kompas terdiri dari :
1. Badan, tempat komponen lainnya berada
2. Jarum, selalu menunjuk arah utara selatan,
dengan catatan tidak dekat dengan megnet lain/tidak dipengaruhi medan magnet,
dan pergerakan jarum tidak terganggu/peta dalam posisi horizontal.
3. Skala penunjuk, merupakan pembagian derajat
sistem mata angin.
Jenis
kompas yang biasa digunakan dalam navigasi darat ada dua macam yakni kompas
bidik (misal kompas prisma) dan kompas orienteering (misal kompas silva, suunto
dll). Untuk membidik suatu titik, kompas bidik jika digunakan secara benar
lebih akurat dari kompas silva. Namun untuk pergerakan dan kemudahan
ploting peta, kompas orienteering lebih handal dan efisien.
Dalam memilih kompas, harus
berdasarkan penggunaannya. Namun secara umum, kompas yang baik adalah kompas
yang jarumnya dapat menunjukkan arah utara secara konsisten dan tidak
bergoyang-goyang dalam waktu lama. Bahan dari badan kompas pun perlu
diperhatikan harus dari bahan yang kuat/tahan banting mengingat kompas
merupakan salah satu unsur vital dalam navigasi darat
Cttn: saat ini sudah banyak
digunakan GPS [global positioning system] dengan tehnologi satelite untuk
mengantikan beberapa fungsi kompas.
Orientasi Peta
Orientasi peta adalah
menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (atau dengan kata lain
menyamakan utara peta dengan utara sebenarnya). Sebelum anda mulai
orientasi peta, usahakan untuk mengenal dulu tanda-tanda medan sekitar yang
menyolok dan posisinya di peta. Hal ini dapat dilakukan dengan pencocokan
nama puncakan, nama sungai, desa dll. Jadi minimal anda tahu secara kasar
posisi anda dimana. Orientasi peta ini hanya berfungsi untuk meyakinkan
anda bahwa perkiraan posisi anda dipeta adalah benar. Langkah-langkah orientasi
peta:
1. Usahakan untuk mencari tempat
yang berpemandangan terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang
menyolok.
2. Siapkan kompas dan peta anda,
letakkan pada bidang datar
3. Utarakan peta, dengan
berpatokan pada kompas, sehingga arah peta sesuai dengan arah medan
sebenarnya
4. Cari tanda-tanda medan yang
paling menonjol disekitar anda, dan temukan tanda-tanda medan tersebut di peta.
Lakukan hal ini untuk beberapa tanda medan
5.
Ingat tanda-tanda itu, bentuknya dan tempatnya di medan yang
sebenarnya. Ingat hal-hal khas dari tanda medan.
Jika anda sudah lakukan itu
semua, maka anda sudah mempunyai perkiraan secara kasar, dimana posisi anda di
peta. Untuk memastikan posisi anda secara akurat, dipakailah metode resection.
Resection
Prinsip resection adalah menentukan
posisi kita dipeta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali.
Teknik ini paling tidak membutuhkan dua tanda medan yang terlihat
jelas dalam peta dan dapat dibidik pada medan sebenarnya (untuk latihan
resection biasanya dilakukan dimedan terbuka seperti kebun teh misalnya,
agar tanda medan yang ekstrim terlihat dengan jelas).
Tidak setiap tanda medan harus
dibidik, minimal dua, tapi posisinya sudah pasti.
Langkah-langkah melakukan
resection:
1.
Lakukan orientasi peta
2.
Cari tanda medan yang mudah dikenali di lapangan dan di peta, minimal
2 buah
3.
Dengan busur dan penggaris, buat salib sumbu pada tanda-tanda medan
tersebut (untuk alat tulis paling ideal menggunakan pensil mekanik-B2).
4.
Bidik tanda-tanda medan tersebut dari posisi kita dengan menggunakan
kompas bidik. Kompas orienteering dapat digunakan, namun kurang akurat.
5.
Pindahkan sudut back azimuth bidikan yang didapat ke
peta dan hitung sudut pelurusnya. Lakukan ini pada setiap tanda medan
yang dijadikan sebagai titik acuan.
6. Perpotongan garis yang ditarik
dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah posisi kita dipeta.
Intersection
Prinsip intersection adalah
menentukan posisi suatu titik (benda) di peta dengan menggunakan dua atau lebih
tanda medan yang dikenali di lapangan. Intersection digunakan untuk mengetahui
atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat dilapangan tetapi sukar untuk
dicapai atau tidak diketahui posisinya di peta. Syaratnya, sebelum intersection
kita sudah harus yakin terlebih dahulu posisi kita dipeta. Biasanya sebelum
intersection, kita sudah melakukan resection terlebih dahulu.
Langkah-langkah melakukan
intersection adalah:
1.
Lakukan orientasi peta
2.
Lakukan resection untuk memastikan posisi kita di peta.
3.
Bidik obyek yang kita amati
4.
Pindahkan sudut yang didapat ke dalam peta
5.
Bergerak ke posisi lain dan pastikan posisi tersebut di peta. Lakukan
langkah 1-3
6.
Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah
posisi obyek yang dimaksud.
Azimuth - Back Azimuth
Azimuth adalah sudut antara
satu titik dengan arah utara dari seorang pengamat. Azimuth disebut juga
sudut kompas. Jika anda membidik sebuah tanda medan, dan memperolah
sudutnya, maka sudut itu juga bisa dinamakan sebagai azimuth. Kebalikannya
adalah back azimuth. Dalam resection back azimuth diperoleh dengan cara:
1.
Jika azimuth yang kita peroleh lebih dari 180º maka back azimuth
adalah azimuth dikurangi 180º. Misal anda membidik tanda medan, diperoleh
azimuth 200º. Back azimuthnya adalah 200º- 180º = 20º
2.
Jika azimuth yang kita peroleh kurang dari 180º, maka back
azimuthnya adalah 180º ditambah azimuth. Misalkan, dari bidikan terhadap sebuah
puncak, diperoleh azimuth 160º, maka back azimuthnya adalah 180º+160º =
340º
Dengan mengetahui azimuth dan
back azimuth ini, memudahkan kita untuk dapat melakukan ploting peta (penarikan
garis lurus di peta berdasarkan sudut bidikan). Selain itu sudut kompas dan
back azimuth ini dipakai dalam metode pergerakan sudut kompas (lurus/ man to
man-biasa digunakan untuk “Kompas Bintang”). Prinsipnya membuat lintasan
berada pada satu garis lurus dengan cara membidikaan kompas ke depan dan ke
belakang pada jarak tertentu.
Langkah-langkahnya adalah
sebagai berikut:
1. Titik awal dan titik akhir
perjalanan di plot di peta, tarik garis lurus dan hitung sudut yang menjadi
arah perjalanan (sudut kompas). Hitung pula sudut dari titik akhir ke titik
awal. Sudut ini dinamakan back azimuth.
2. Perhatikan tanda medan yang
menyolok pada titik awal perjalanan. Perhatikan tanda medan lain pada lintasan
yang dilalui.
3. Bidikkan kompas seusai dengan
arah perjalanan kita, dan tentukan tanda medan lain di ujung lintasan/titik
bidik. Sudut bidikan ini dinamakan azimuth.
4. Pergi ke tanda medan di ujung
lintasan, dan bidik kembali ke titik pertama tadi, untuk mengecek apakah arah
perjalanan sudah sesuai dengan sudut kompas (back azimuth).
5.
Sering terjadi tidak ada benda/tanda medan tertentu yang dapat
dijadikan sebagai sasaran. Untuk itu dapat dibantu oleh seorang rekan sebagai
tanda. Sistem pergerakan semacam ini sering disebut sebagai sistem man to
man.
Merencanakan Jalur Lintasan
Dalam navigasi darat tingkat
lanjut, kita diharapkan dapat menyusun perencanaan jalur lintasan dalam sebuah
medan perjalanan. Sebagai contoh anda misalnya ingin pergi ke suatu gunung,
tapi dengan menggunakan jalur sendiri.
Penyusunan jalur ini dibutuhkan
kepekaan yang tinggi, dalam menafsirkan sebuah peta topografi, mengumpulkan
data dan informasi dan mengolahnya sehingga anda dapat menyusun sebuah
perencanaan perjalanan yang matang. Dalam proses perjalanan secara
keseluruhan, mulai dari transportasi sampai pembiayaan, disini kita akan
membahas khusus tentang perencanaan pembuatan medan lintasan. Ada
beberapa hal yang dapat dijadikan bahan pertimbangan sebelum anda memplot jalur
lintasan.
Pertama, anda harus membekali
dulu kemampuan untuk membaca peta, kemampuan untuk menafsirkan
tanda-tanda medan yang tertera di peta, dan kemampuan dasar navigasi
darat lain seperti resection, intersection, azimuth back azimuth,
pengetahuan tentang peta kompas, dan sebagainya, minimal sebagaimana yang
tercantum dalam bagian sebelum ini.
Kedua, selain informasi yang
tertera dipeta, akan lebih membantu dalam perencanaan jika anda punya informasi
tambahan lain tentang medan lintasan yang akan anda plot. Misalnya
keterangan rekan yang pernah melewati medan tersebut, kondisi medan, vegetasi
dan airnya. Semakin banyak informasi awal yang anda dapat, semakin matang
rencana anda.
Tentang jalurnya sendiri, ada
beberapa macam jalur lintasan yang akan kita buat. Pertama adalah tipe garis
lurus, yakni jalur lintasan berupa garis yang ditarik lurus antara titik awal
dan titik akhir. Kedua, tipe garis lurus dengan titik belok, yakni jalur
lintasan masih berupa garis lurus, tapi lebih fleksibel karena pada titik-titik
tertentu kita berbelok dengan menyesuaian kondisi medan. Yang ketiga
dengan guide/patokan tanda medan tertentu, misalnya guide punggungan/guide
lembahan/guide sungai. Jalur ini lebih fleksibel karena tidak lurus
benar, tapi menyesuaikan kondisi medan, dengan tetap berpatokan tanda medan
tertentu sebagai petokan pergerakannya.
Untuk membuat jalur lintasan,
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
1.
Usahakan titik awal dan titik akhir adalah tanda medan yang ekstrim,
dan memungkinkan untuk resection dari titik-titik tersebut.
2.
Titik awal harus mudah dicapai/gampang aksesnya
3.
Disepanjang jalur lintasan harus ada tanda medan yang memadai untuk
dijadikan sebagai patokan, sehingga dalam perjalanan nanti anda dapat
menentukan posisi anda di peta sesering mungkin.
4.
Dalam menentukan jalur lintasan, perhatikan kebutuhan air, kecepatan
pergerakan vegetasi yang berada dijalur lintasan, serta kondisi medan lintasan.
Anda harus bisa memperkirakan hari ke berapa akan menemukan air, hari ke berapa
medannya berupa tanjakan terjal dan sebagainya.
5.
Mengingat banyaknya faktor yang perlu diperhatikan, usahakan untuk
selalu berdiskusi dengan regu atau dengan orang yang sudah pernah melewati
jalur tersebut sehingga resiko bisa diminimalkan.
Penampang Lintasan
Penampang lintasan adalah
penggambaran secara proporsional bentuk jalur lintasan jika dilihat dari
samping, dengan menggunakan garis kontur sebagai acuan. Sebagaimana kita
ketahui bahwa peta topografi yang dua dimensi, dan sudut pendangnya dari atas,
agak sulit bagi kita untuk membayangkan bagaimana bentuk medan lintasan yang
sebenarnya, terutama menyangkut ketinggian. Dalam kontur yang
kerapatannya sedemikian rupa, bagaimana kira-kira bentuk di medan sebenarnya.
Untuk memudahkan kita menggambarkan bentuk medan dari peta topografi yang ada,
maka dibuatlah penampang lintasan.
Beberapa manfaat penampang
lintasan :
1.
Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan perjalanan
2.
Memudahkan kita untuk menggambarkan kondisi keterjalan dan kecuraman
medan
3.
Dapat mengetahui titik-titik ketinggian dan jarak dari tanda medan
tertentu
4.
Untuk menyusun penampang lintasan biasanya menggunakan kertas
milimeter block, guna menambah akurasi penerjemahan dari peta topografi ke
penampang.
Langkah-langkah membuat
penampang lintasan:
1.
Siapkan peta yang sudah diplot, kertas milimeter blok, pensil
mekanik/pensil biasa yang runcing, penggaris dan penghapus
2.
Buatlah sumbu x, dan y. sumbu x mewakili jarak, dengan satuan
rata-rata jarak dari lintasan yang anda buat. Misal meter atau kilometer. Sumbu
y mewakili ketinggian, dengan satuan mdpl (meter diatas permukaan laut).
Angkanya bisa dimulai dari titik terendah atau dibawahnya dan diakhiri titik
tertinggi atau diatasnya.
3.
Tempatkan titik awal di sumbu x=0 dan sumbu y sesuai dengan ketinggian
titik tersebut. Lalu peda perubahan kontur berikutnya, buatlah satu titik lagi,
dengan jarak dan ketinggian sesuai dengan perubahan kontur pada jalur yang
sudah anda buat. Demikian seterusnya hingga titik akhir.
4.
Perubahan satu kontur diwakili oleh satu titik. Titik-titik tersebut
dihubungkan sat sama lainnya hingga membentuk penampang berupa garis menanjak,
turun dan mendatar.
5.
Tembahkan keterangan pada tanda-tanda medan tertentu, misalkan
nama-nama sungai, puncakan dan titik-titik aktivitas anda (biasanya berupa
titik bivak dan titik istirahat), ataupun tanda medan lainnya. Tambahan
informasi tentang vegetasi pada setiap lintasan, dan skala penampang akan lebih
membantu pembaca dalam menggunakan penampang yang telah dibuat.
“Take nothing, but pictures [jangan ambil sesuatu kecuali gambar]
Kill nothing, but times [jangan bunuh sesuatu kecuali waktu]
Leave nothing, but foot-print [jangan tinggalkan sesuatu kecuali jejak kaki]”
Aktivitas alam bebas juga
membutuhkan kepercayaan yang sangat harus dipegang teguh oleh pegiat.
Dalam hal ini ada 3 PERCAYA yang harus dipegang, yaitu :
1.
Percaya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
2.
Percaya kepada kawan [dalam hal ini kawan adalah rekan pegiat dan
peralatan serta perlengkapan, tentu saja juga harus dibarengi bahwa diri kita
sendiri juga dapat dipercaya oleh “teman” tersebut dengan menjaga, memelihara
dan melindunginya]
3. Percaya kepada diri sendiri,
yaitu percaya bahwa kita mampu melakukan segala sesuatunya dengan baik dengan
catatan tidak memaksa diri.
Penulis
: NRD PJH0103
No comments:
Write comments