
"Kode Etik Pecinta Alam harus benar-benar dimaknai dan diterapkan
dalam kehidupan para Pecinta Alam, bukan hanya sekedar hiasan dinding sekretariat ." (safrudin)
Belakangan
ini banyak kalangan menganggap sebelah mata keberadaan organisasi Mahasiswa
Pecinta Alam (Mapala), bahkan tidak sedikit yang mengatakan kegiatan Mapala sebagai
penghambat proses kegiatan akademik mahasiswa tersebut.
Mahasiswa Pecinta Alam masih diidentikkan dengan lamanya masa kuliah, perilakunya urak-urakan tidak jelas, punya kebiasaan ngefly (mabok) minuman keras dan narkoba, masa depan tidak jelas, aktivitasnya tidak memiliki makna dan sia-sia serta beresiko tinggi, hilang tersesat, cedera dan bahkan meninggal dunia saat beraktivitas di alam bebas.
Mahasiswa Pecinta Alam masih diidentikkan dengan lamanya masa kuliah, perilakunya urak-urakan tidak jelas, punya kebiasaan ngefly (mabok) minuman keras dan narkoba, masa depan tidak jelas, aktivitasnya tidak memiliki makna dan sia-sia serta beresiko tinggi, hilang tersesat, cedera dan bahkan meninggal dunia saat beraktivitas di alam bebas.
Berbagai tulisan dan pendapat
miring tentang Mahasiswa Pecinta Alam sudah dengan mudah kita temukan diberbagai
media baik media cetak, tv, radio maupun media online. Bahkan anggapan itu dahulu
pernah penulis terima di rumah, dimana kedua orang tua penulis sangat tidak
setuju ketika penulis meminta ijin untuk bergabung dengan organisasi pecinta
alam di kampus, bersyukur penulis bisa meyakinkan orang tua dirumah. Melihat
dan mendengar fenomena tersebut penulis mencoba menyajikan tulisan hasil obrolan
dan tanya-jawab dengan beberapa orang senior anggota Comodo Mapala untuk
mendapatkan gambaran dari sudut pandang berbeda dari para penggiat pecinta
alam.
Kali ini, penulis
berkesempatan ngobrol dengan Bang Safrudin yang kebetulan sore itu mampir ke
sekretariat Comodo Mapala. Berikut salah satu kutipan tanya jawab tersebut :
Salam Lestari!!! apa kabar
Bang? Bang, bisa ceritakan pengalaman awal mula abang masuk Comodo Mapala dan
apa motivasinya?
Lestari, Alhamdulillah
kabar baik dan sehat, anak saya dan kakak kamu dirumah juga baik dan sehat.
Mulai cerita dari mana ya enaknya? Kalau awal masuk Comodo, tahun 2001 saat
saya baru masuk Universitas Palangka Raya, ditahun itu juga saya mendaftar
untuk bergabung dengan Comodo Mapala saat ada pembukaan penerimaan anggota baru
lewat DIKLATSAR XXI waktu itu. Soal motivasi, susah untuk saya menjabarkannya,
yang jelas saya dari kecil memang suka berpetualang dan saat SMP saya sering naik
gunung dan beraktivitas di alam bebas dengan Azizul Reza waktu masih tinggal di
Lampung. Reza ini satu tahun lebih dulu kuliah di Universitas Palangka Raya dan
duluan gabung dengan Comodo Mapala, awalnya dulu saya sempat menolak ajakan
Reza ikut organisasi Comodo Mapala karena saya waktu itu berfikir jika
bergabung dengan organisasi, nantinya akan terikat dan tidak bebas
mengekspresikan hobby petualangan saya serta saat itu saya merasa sudah menjadi
pecinta alam sejati karena hobby saya yang menikmati keindahan dan berpetualang
di alam bebas. Namun pendapat saya tersebut berubah ketika dua orang teman saya,
mahasiswa senior di kampus yang sering kumpul dan berdiskusi dikontrakkan kami (waktu
itu saya nebeng tinggal di rumah kontrakan Komite Independen Pemantau Pemilu/
KIPP]. Belakangan baru saya tau kalau 2 senior saya itu juga anggota Comodo
Mapala, mereka mengatakan kalau saya bukanlah pecinta alam sejati, melainkan
hanya penikmat alam atau petualang saja. 2 senior tersebut adalah Bang Taufik
Unan Djimat dan Bang Syahrawardi yang telah mematik keinginan saya untuk lebih mendalami
tentang arti pecinta alam dan mendorong saya untuk bergabung di organisasi
Comodo Mapala. Jadi motivasi saya masuk Comodo Mapala adalah untuk menjadi
pecinta alam sejati, bukan hanya menjadi penikmat alam apalagi cuma sekedar
menjadi seorang petualang.
Apakah setelah bergabung
dengan Comodo Mapala, abang sudah menjadi Pecinta Alam Sejati?
Belum!!! Saya balik
bertanya apakah kamu setelah bergabung dengan Comodo Mapala juga sudah menjadi
pecinta alam sejati? Apakah 3 orang senior yang mendorong saya beraktivitas di
dunia kepecinta-alaman itu juga sudah menjadi pecinta alam sejati? Belum tentu
toh!? Hanya Tuhan YME, kamu dan mereka yang mengetahui kesejatian cinta alam didalam
diri kita masing-masing.
Begini, kita di organisasi
ini memang oleh para senior kita diajarkan dan diberikan pengetahuan tentang
kepecinta-alaman, kita diajarkan apa itu hakekat pecinta alam, bagaimana
hubungan kita dengan Tuhan YME, hubungan kita dengan alam dan hubungan kita
sesama manusia. Begini aja deh, agak panjang memang, tapi ini penting. Kita
semua pasti tahu bahwa kita para pecinta alam punya Kode Etik Pecinta Alam
isinya seperti ini ;
“Pecinta Alam
Indonesia sadar bahwa alam beserta isinya adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa”,
“Pecinta Alam
Indonesia adalah bagian dari masyarakat Indonesia yang sadar akan tanggung
jawab kepada Tuhan, bangsa, dan tanah air”,
“Pecinta Alam
Indonesia sadar bahwa pecinta alam adalah sebagian dari makhluk yang mencintai
alam sebagai anugerah yang Tuhan Yang Maha Esa ”,
Sesuai dengan
hakekat di atas, maka kami dengan penuh kesadaran menyatakan :
1.
Mengabdi
kepada Tuhan YME.
2.
Memelihara
alam beserta isinya serta menggunakan sumber daya alam sesuai dengan
kebutuhannya.
3.
Mengabdi
kepada Bangsa dan Tanah Air.
4.
Menghormati
tata kehidupan yang berlaku pada masyarakat sekitar serta menghargai manusia
dan kerabatnya.
5.
Berusaha
mempererat tali persaudaraan antara pecinta alam sesuai dengan azas pecinta
alam.
6.
Berusaha
saling membantu serta menghargai dalam pelaksanaan pengabdian terhadap Tuhan,
Bangsa dan Tanah air.
7. Selesai.
Sayangnya kode etik yang
saya nilai cukup mendasar bagi kita dalam kehidupan ini, saat ini oleh banyak
organisasi pecinta alam, hanya dibacakan pada saat seremonial tertentu saja,
hanya sekedar pemanis dibibir belaka bahkan hanya dijadikan pajangan penghias
dinding di sekretariat. Belum benar-benar ditanamkan untuk diamalkan kepada
masing-masing anggota. Para senior kita di Comodo Mapala sudah memberikan ini
ke kita saat pertama kali kita ikut Pendidikan dan Latihan Dasar (DIKLATSAR). Memang
ini semua kembali kepada masing-masing individu untuk memahami dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Makanya dulu sewaktu saya jadi salah
satu pengurus sebagai Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya Anggota (Kabid
PSDA) di pengurusan Comodo Mapala Fe Unpar waktu itu lebih mendorong adik-adik
anggota baru untuk memahami dan menerapkan hakekat pecinta alam dalam
berkehidupan di dalam sekretariat, kampus dan diluar kampus. Pada masa
pengurusan itu juga, saya bersama senior, waktu itu ada Bang Monterado “Agung”
Fredman (angkatan PJH 1992, Mantan Ketum) dan Dimas N. Hartono (angkatan Rimbun
2000, Mantan Sekum) kami merumuskan kurikulum Diklatsar Comodo Mapala yang baru
dan lebih menterjemahkan hakekat pecinta alam itu sendiri. Dalam kurikulum itu
tidak ada lagi yang namanya kekerasan fisik ala-ala militer gitu, tidak lagi
main tendang dan pukul lagi, tapi lebih mengedepankan sikap yang terkandung
didalam kode etik pecinta alam. Harapannya anggota Comodo Mapala terutama yang
masih berstatus mahasiswa kedepannya mampu menjadi mahasiswa yang memiliki
idealisme, menjadi mahasiswa yang lebih peka dan mampu memperjuangkan
masalah-masalah yang ada disekitar mereka, sosial, lingkungan dan lain
sebagainya yang saat ini kelihatannya sudah tidak begitu dipedulikan oleh mahasiswa,
padahal sejatinya mahasiswa adalah pelopor perubahan.
Bang, apa tanggapan abang
terkait banyaknya orang yang saat ini menganggap sebelah mata keberadaan
organisasi mahasiswa pecinta alam?
Seperti yang sudah saya
sampaikan tadi, saat ini hampir semua anggota dari organisasi pecinta alam dalam
aktivitas kepecinta-alamannya tidak seutuhnya berpegang pada kode etik pecinta
alam, masih setengah-setengah dan aktivitasnya hanya sebatas menikmati alam,
hura-hura yang penting rame dan kelihatan keren. Kepedulian akan kondisi
lingkungan alam dan sosial budaya disekitar jadi nomor sekian, prestasi
individu dan organisasi lebih banyak ditonjolkan pada bidang olahraga
petualangan dan kompetisi dll, tapi diam seribu bahasa ketika ada kebijakan
pemerintah yang keliru dalam pengelolaan alam dan hutan, tidak peduli ketika
gunung, hutan, sungai dan alam dirusak untuk kepentingan investasi dan
sebagainya. Belum lagi jika kita melihat bagaimana organisasi-organisasi mapala
yang masih menggunakan gaya dan metode lama (gaya ala militer/ senior paling
benar dll) dalam perekrutan anggotanya. Jadi saya rasa cukup wajar jika
masyarakat sekitar kita menilai negatif aktivitas pecinta alam saat ini. Pesan
saya buat kalian yang sekarang masih aktif di mapala, menjadi mapala itu
tidaklah mudah dan sesimple yang kalian bayangkan, aktivitas kepecintaalaman
juga tidak sederhana seperti dalam film layar lebar. Maknai hakekat pecinta
alam seperti yang tertuang dalam kode etik, terapkan dalam setiap aktivitas
yang akan dilakukan, ingat selalu bahwa kita adalah mahluk yang diciptakan oleh
Tuhan YME untuk menjaga alam beserta isinya.
Tidak terasa waktu sudah
mendekati azan Magrib obrolan penulis dan Bang Safrudin pun disudahi karena
sore itu Bang Safrudin datang bersama anak gadisnya yang masih kecil yang
langsung berpamitan untuk pulang. Demikian catatan singkat yang berhasil
penulis rangkum dari obrolan itu, semoga bisa bermanfaat.
Sekretariat Comodo Mapala, 9 Juni 2016
Herlianto
CMD.0206/UR.12
No comments:
Write comments